Mom, ingin tetap rutin olahraga saat hamil? Boleh saja! Bahkan ibu hamil sangat disarankan untuk berolahraga selama masa kehamilan guna menjaga kesehatan tubuh, meningkatkan daya tahan dan stamina, serta mendukung tumbuh kembang janin di dalam kandungan. Karena masih banyak yang menganjurkan ibu hamil agar tidak banyak bergerak atau melakukan aktivitas berat, olahraga saat hamil banyak menimbulkan mitos di kalangan masyarakat. Berikut penjelasan selengkapnya agar Mom bisa membedakan mitos dan fakta terkait hal tersebut.

Mitos: olahraga meningkatkan risiko bayi lahir prematur

Olahraga saat hamil memang masih menimbulkan beberapa perdebatan bagi masyarakat awam. Pasalnya, beberapa orang meyakini bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko bayi terlahir prematur. Padahal, kondisi bayi lahir prematur disebabkan oleh pecahnya ketuban lebih awal atau terjadi sebelum kehamilan mencapai usia 37 minggu atau riwayat medis yang dialami oleh ibu hamil.

Secara medis, olahraga yang dilakukan secara tepat justru bisa mengurangi risiko bayi prematur. Alih-alih melakukan olahraga berat, seperti maraton atau angkat beban, ibu hamil justru disarankan untuk berolahraga ringan, seperti yoga prenatal atau sekadar jalan kaki di jalur datar selama 30 menit setiap hari agar peredaran darah dan oksigen dalam tubuh berlangsung normal.

Fakta: ibu hamil hanya boleh melakukan olahraga tertentu

Ada banyak jenis olahraga yang mungkin biasa Mom lakukan sebelum dinyatakan positif hamil. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua olahraga aman bagi ibu hamil. Terlebih setelah memasuki usia kehamilan 4 bulan, secara alami ibu hamil akan mengalami sedikit gangguan pada keseimbangan tubuh. Oleh karena itu, pilih jenis olahraga bumil yang aman dan nyaman dilakukan. Beberapa contoh olahraga yang baik untuk ibu hamil misalnya jalan kaki, berenang, yoga, maupun senam hamil yang tidak menuntut banyak gerakan berat maupun latihan keseimbangan.

Mitos: olahraga akan membuat janin stres

Gerakan olahraga saat hamil sedikit banyak tentu akan memengaruhi janin di dalam kandungan. Namun, banyaknya gerakan tidak lantas membuat janin stres. Faktanya, olahraga yang ibu hamil lakukan justru tidak banyak berpengaruh pada detak jantung janin. Akan tetapi, olahraga saat hamil tetap harus dilakukan secara hati-hati dan sesuai dengan anjuran dokter. Hal ini dikarenakan setiap ibu hamil memiliki kondisi tubuh yang berbeda-beda, sehingga perlu menyesuaikan jenis olahraga agar tidak membahayakan janin dan melakukan gerakan yang tidak boleh dilakukan ibu hamil muda.

Fakta: olahraga di trimester 3 menimbulkan kecenderungan cedera bagi ibu hamil

Memasuki usia kehamilan trimester akhir, olahraga saat hamil menjadi hal yang semakin tabu. Hal ini bukan lagi menjadi mitos belaka, sebab olahraga di trimester 3 dapat menimbulkan kecenderungan cedera bagi ibu hamil. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh hormon relaxin yang mampu melubrikasi sendi menjelang masa persalinan. Akibatnya, sendi menjadi lebih longgar dibandingkan usia kehamilan sebelumnya. Secara langsung, hal ini berimbas pada fleksibilitas tubuh ibu hamil yang juga berkurang sehingga risiko cedera semakin tinggi.

Itulah tadi beberapa mitos dan fakta olahraga saat hamil yang wajib Mom ketahui. Mulai sekarang Mom tidak perlu ragu untuk berolahraga karena secara medis olahraga dapat membantu meningkatkan kekuatan fisik Mom selama masa kehamilan. Selain itu, latihan pernapasan saat olahraga juga bisa berdampak positif pada saat Mom menjalani persalinan nanti.

Jadi, segera jadwalkan olahraga yang aman dan nyaman baik bagi ibu hamil maupun janin di dalam kandungan. Be healthy, be happy!