“Mom…. bulan depan anak saya sudah mulai MPASI pertama, nih. Sebaiknya menu MPASI pertama apa ya, yang perlu diberikan? Buah, tepung beras, atau boleh langsung bubur nasi? Saya, masih bingung, nih.”

Siapa di antara Mom yang memiliki pertanyaan serupa? Selain dipicu rasa tidak sabar melewati fase memberikan MPASI pertama, persoalan memilih menu juga dirasa begitu membingungkan.

Beberapa waktu lalu, banyak orang berpendapat bahwa memberikan MPASI awal perlu dimulai dengan menu tunggal.

Menu MPASI tunggal ini bisa diartikan sebagai menu makanan padat pendamping ASI yang hanya terdiri dari satu jenis makanan yang diberikan selama 14 hari atau 2 minggu. Misalnya, Mom memberikan bubur beras saja atau pure buah pisang tanpa ditambahkan yang lain.

Padahal, pemberian menu tunggal ini jelas keliru. Hal ini ditegaskan oleh dr. Meta Hanindita Sp.A(K) dari RSUD Dr Soetomo Surabaya. Kepada RuangMom, ia menegaskan bahwa anggapan menu tunggal perlu diberikan pada MPASI awal tidak benar.

“Banyak yang mengatakan kalau menu tunggal ini berdasarkan guideline dari WHO. Padahal dari semua literatur yang saya tahu dan baca, WHO tidak pernah merekomendasikan itu. Orangtua bisa langsung cek di Google dengan kata Guideline Complementary Feeding WHO,” kata dr. Meta.

Dokter yang sering memberikan edukasi seputar nutrisi anak ini juga mengingatkan, dengan memberikan menu tunggal, justru berisiko membuat anak kekurangan nutrisi dan berujung terjadinya stunting.

Menu MPASI yang direkomendasikan WHO

Lebih lanjut dr. Meta menerangkan bahwa setelah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, ASI tetap diberikan hingga usia anak 2 tahun atau lebih. Ada juga beberapa hal yang perlu Mom pahami, di antaranya:

1. Tepat waktu dan aman

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan, sejak usia 6 bulan, kandungan ASI sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Maka, orang tua tentu saja harus memberikan makanan mengandung karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi.

Syarat MPASI yang baik menurut WHO adalah tepat waktu, adekuat, aman dan diberikan dengan cara yang benar. Diberikan dengan cara yang benar ini maksudnya dengan responsive feeding.

2. Responsive feeding

Kemudian pemberian menu MPASI pertama ini perlu dilakukan secara responsive feeding. Maksudnya, beri anak makan secara langsung, disuapi, dan lambat laun bantu anak untuk bisa makan sendiri.

“Suapinya pelan-pelan saja, jangan sampai anak merasa terpaksa karena saat MPASI juga merupakan proses belajar anak,” sambung dr. Meta.

Menurut dia, jika anak menolak, tawarkan untuk memberikannya berbagi rasa dan perhatikan tekstur makanan.

3. Jangan ada distraksi

Usahakan jangan ada distraksi juga, misalnya sambil nonton TV atau malah sambil jalan-jalan dan naik odong-odong. Jaga kontak mata dengan anak, ajak anak ngobrol, ciptakan suasana yang menyenangkan.

Saran menu MPASI pertama

Sementara untuk menu MPASI, dr, Meta menjelaskan bahwa WHO merekomendasikan 7 kelompok makanan yang penting untuk tumbuh kembang anak.

Mulai dari sumber karbohidrat, misalnya umbi atau batang, protein hewani, yaitu daging merah, ayam atau ikan, termasuk protein nabati yang bisa didapatkan dari kacang-kacangan, juga telur, produk susu dan turunannya seperti keju dan yoghurt.

“Sayur dan buah juga penting, tapi untuk awal, anak di bawah 1 tahun pemberiannya jangan terlalu banyak. Setidaknya, saat makan harus ada minimal ada karbohidrat, lemak yang bisa didapatkan dari santan atau minyak, protein juga mikronutrien termasuk zat besi. Makanya penting banget nih makanan mengandung nutrisi yang seimbang,” tegasnya lagi.

Dia juga mengingatkan, pada dasarnya orangtua tidak perlu takut dan menghindari ataupun menunda makanan tertentu karena takut alergi. Pemberian telur dan daging ayam, serta daging sapi sudah bisa dilakukan sejak MPASI pertama bayi.

“Prinsipnya, memberikan makanan pertama MPASI untuk anak, makanannya juga memang harus enak dan bernutrisi. Saat membuat menu MPASI pertama kali, coba dilihat dan dirasakan, bagaimana rasanya? Kalau kita, orangtua saja tidak mau makan, ya, anak pun demikian,” papar dr. Meta.