Hati-hati, jika tidak bisa mengelola keuangan dengan baik, kondisi pandemi COVID-19 tentu saja merusak cash flow keluarga. Belum lagi jika pemasukan rutin keluarga juga terpengaruhi.

Tidak bisa dimungkiri, adanya kebijakan pemerintah untuk melakukan social distancing, termasuk menjalankan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) memberikan imbas di segala sektor. Tak terkecuali sektor keuangan.

Banyak anggota masyarakat mengalami penurunan pendapatan yang sangat signifikan. Bahkan tidak sedikit yang harus menerima nasib di-PHK, kehilangan pekerjaan. Para pengusaha pun semakin kesulitan untuk menjalankan bisnis mereka.

Salah satunya adalah Asya. Mom dari satu orang anak yang memiliki usaha wedding organizer ini pun kehilangan mata pencaharian. “Semua klien menunda rencana pernikahan mereka. Hal ini tentu saja berdampak dengan pemasukan. Harus pintar cari akal bagaimana bisa tetap hidup, termasuk memikirkan karyawan yang juga harus makan,” tuturnya dengan suara sendu.

Belum lagi dengan kondisi swakarantina yang nyatanya memang tidak menjamin pengeluaran sehari-hari akan berkurang. Artinya, Mom perlu menyikapinya dengan bijak.

Metta Anggriani, seorang Certified Financial Planner, mengatakan bahwa mengatur keuangan saat corona mengingatkan betapa pentingnya bagi seseorang atau keluarga untuk memiliki dana darurat.

“Dana darurat itu kan memang perlu disiapkan untuk situasi yang datangnya tiba-tiba atau dadakan, misalnya saja harus membantu keluarga yang sedang sakit, menutupi kebutuhan saat di PHK, termasuk seperti saat ini. Menghadapi pandemi yang kita sendiri sebenarnya belum tahu kapan akan berakhirnya,” urainya.

Metta menjelaskan, dana darurat memiliki peran penting dalam mengelola keuangan keluarga. Dana darurat, dalam bahasa Inggris disebut rainy day fund atau emergency fund, adalah sejumlah uang yang sudah disiapkan secara terpisah untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya darurat, mendadak.

Berapa Jumlah Dana Darurat yang Dibutuhkan?

Dana darurat setiap orang tentu saja berbeda-beda, Mom. Bisa dilihat lewat statusnya, apakah belum atau sudah menikah. Pasalnya, besaran dana yang perlu dialokasikan akan tergantung pada jumlah anggota keluarga dan kondisi keuangan keluarga tersebut.

Dengan demikian, semakin besar atau banyak anggota keluarga, maka dana darurat yang perlu disiapkan tentu saja akan meningkat. Misalnya, dana darurat untuk individu yang masih lajang adalah 3 kali pengeluaran bulanan.

Sedangkan dana darurat untuk keluarga kecil, pasangan suami istri yang belum memiliki anak, jumlah yang perlu disiapkan sebesar 6 kali pengeluaran bulanan. Artinya, jika anggota keluarga ada 4 orang, yang terdiri dari orangtua dan dua anak, maka dana darurat yang perlu disiapkan 12 kali pengeluaran bulanan.

“Situasi ini sebenarnya jadi mengingatkan kita, apakah sudah menyiapkan dana darurat atau belum? JIka belum, memang sebaiknya perlu dimulai sejak dini.”

Tak cukup dengan menabung, untuk memenuhinya tentu saja diperlukan kendaraan investasi yang tepat. Menurut Metta, deposito, logam mulia, reksa dana, dan pasar uang adalah instrumen yang bisa dipilih.

“Lagi pula, dengan cara ini memang akan memudahkan untuk dicairkan, tapi membutuhkan effort untuk kita mengambilnya pada waktu tertentu,” tambahnya.

Baca juga: Ide Bisnis dari Rumah yang Bisa Mom Lakukan Selama Pandemi Corona

Pentingnya evaluasi keuangan

Bagi sebagian besar anggota masyarakat, PSBB akibat pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap pendapatan. Oleh karena itu, Mom perlu mengevaluasi penghasilan yang didapat selama wabah virus corona masih tersebar.

Catatlah besaran penghasilan yang didapat secara rapi. Berdasarkan catatan tersebut, cari tahu bagaimana kondisi keuangan Anda? Apakah cash flow bulanan masih aman? Apakah kondisi sekarang ini justru membuat pengeluaran semakin banyak atau berkurang?

Lalu hitung biaya rutin apa saja yang harus dibayarkan selama tiga bulan ke depan. Pengeluaran wajib ini seperti uang sekolah anak, cicilan rumah, dan biaya listrik.

Sedangkan pengeluaran lain yang bersifat kebutuhan dasar, seperti untuk makanan, bisa disesuaikan dengan kondisi. Jika memang kondisi sedang sulit, pemilihan menu makanan tentu bisa mengikuti sehingga pengeluaran bisa lebih irit.

“Prinsipnya sederhana, harus tahu mana prioritas, dan tidak. Jangan sampai kondisi seperti sekarang ini justru jadi foya-foya. Penting untuk pengeluaran sesuai dengan kesanggupan dan kebutuhan,” tegas Metta Anggriani.

Mom sebaiknya juga memberikan pengertian pada anggota keluarga mengenai apa yang sedang terjadi dan bagaimana kondisi arus kas keuangan. Tidak ada salahnya untuk menjelaskan pada anak dengan bahasa yang mudah dipahami terkait pengeluaran untuk makan dan camilan harian yang tidak bisa sebebas biasanya.

“Supaya pengeluaran tidak mencekik, maka memang harus lebih hati-hati saat berbelanja. Fokus saja dengan kebutuhan pokok keluarga dulu. Membeli sesuatu sesuai kebutuhan dan tidak perlu panik belanja di tengah situasi seperti ini,” paparnya lagi.

Terakhir, Metta juga mengatakan selama menjalani situasi seperti saat ini, ia menyarankan agar mengalokasikan 70 persen pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari. Termasuk dana untuk membeli produk sanitasi untuk menjaga kebersihan. Baru sisanya dimasukkan ke dalam tabungan.

Semoga Mom terbantu dengan penjelasan pakar perencana keuangan tersebut dan bisa mengatur keuangan secara lebih baik pada masa pandemi Covid-19 ini.

Baca juga: 5 Pos Paling Boros Saat Kerja Dari Rumah, Simak Cara Berhematnya