Pandemi Coronavirus disease 2019 alias COVID-19 mengakibatkan banyak hal harus dilakukan dengan cara yang tidak biasa. Hal ini juga berlaku dalam hal penanganan medis bagi para ibu hamil dan yang melahirkan.

Segala perubahan prosedur tersebut sengaja dilakukan untuk meminimalisir mata rantai penyebaran COVID-19.

Muaranya tentu saja untuk menjamin kesehatan Mom yang sedang hamil dan menjalani proses bersalin bersama para tenaga medis yang merawat. Salah satu contohnya, saat ini rumah sakit sudah meniadakan jam besuk untuk pasien.

Bahkan dalam beberapa fase tertentu, semisal ketika mom akan melahirkan, mekanisme yang harus ditempuh jadi lebih panjang dibandingkan ketika dalam keadaan normal. Menurut dr. Farrell Fernando, Sp.OG., sebaiknya Mom bersama suami atau yang mendampingi menjalankan segala prosedur tersebut.

Pun demikian, bukan berarti Mom jadi malas atau takut memeriksakan kandungan. Sebab bagaimanapun juga pemeriksaan rutin atau kontrol adalah hal yang wajib dilakukan. Tujuannya agar bayi lahir dengan kondisi selamat dan sehat. Kondisi serupa juga diharapkan kepada sang ibu.

“Intinya tetap perlu melakukan kontrol atau pemeriksaan selama masa pandemi ini demi menjamin kesehatan bayi dan ibu yang mengandung, tapi tetap karena adanya keterbatasan, maka pemeriksaan yang sifatnya tidak mendesak untuk segera diperiksakan sebaiknya ditunda terlebih dahulu,” ujar dr. Farrell.

Agar Mom yang sedang hamil atau akan melahirkan tidak merasa deg-degan selama masa pandemi seperti sekarang ini, dr. Farrell membagikan informasi perihal apa yang sebaiknya dilakukan berdasarkan rentang usia kehamilan.

Hamil saat pandemi corona: Trimester 1

Pada rentang usia kehamilan pertama ini, ketika terjadi telat haid dianjurkan melakukan pemeriksaan test pack. Jika hasilnya ternyata positif, pada kondisi ideal dianjurkan juga untuk konsultasi ke dokter, melakukan pemeriksaan ultrasonografi alias USG, dan beberapa pemeriksaan lainnya.

Berhubung ada sejumlah penyesuaian pada masa pandemi ini, seperti dokter yang jadi lebih jarang praktik, sementara pasien khawatir terpapar jika mengunjungi rumah sakit, maka rekomendasi untuk Mom adalah melakukan pemeriksaan ke dokter antara usia kehamilan 11-13 minggu.

Pemeriksaan USG pada fase tersebut paling akurat untuk menentukan usia kehamilan.

Pengecualian terjadi jika ada pasien yang sebelumnya pernah punya riwayat keguguran dan mengalami hamil ektopik atau hamil di luar kandungan. Saran dr. Farrell sebaiknya melakukan pemeriksaan USG lebih dini tanpa perlu menunggu hingga usia kandungan mencapai 11 minggu.

Saran lainnya, seandainya klinik atau rumah sakit yang hendak dikunjungi untuk pemeriksaan bukan salah satu rujukan pasien Covid-19, boleh saja langsung melakukan pemeriksaan setelah mendapati hasil test pack menyatakan Mom positif hamil.

Masa penantian ketika awal positif hamil hingga kandungan berusia 11 minggu, ada beberapa aktivitas yang bisa mom lakukan agar tak perlu deg-degan selama masa kehamilan tersebut.

Selain harus lebih memperketat physical distancing dengan menahan diri untuk tidak keluar rumah jika tidak hal yang sangat penting, jangan lupa mengonsumsi multivitamin yang mengandung asam folat, zat besi, dan kalsium.

Perilaku hidup bersih dan sehat, salah satunya menjaga higienitas, terutama tangan dengan rutin mencucinya dengan air menggunakan sabun atau hand sanitizer sebagai opsi setelah bersentuhan dengan sesuatu, juga harus terus dilakukan.

Berbagai layanan aplikasi kesehatan dan rumah sakit yang menawarkan konsultasi secara online selama masa pandemi juga bisa mom manfaatkan.

“Ini untuk memastikan apakah kehamilan mom berjalan dengan baik atau sebaliknya,” terang dr. Farrell yang membuka praktik di Klinik Utama Moegni dan Rumah Sakit YPK Mandiri, Menteng, Jakarta Pusat.

Ditambahkan dr. Farrell, tanda-tanda bahaya pada kandungan pada masa trimester pertama yang harus Mom waspadai adalah jika terjadi pendarahan dan nyeri perut berlebih yang berbeda dibandingkan saat haid. Jika demikian sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.

Hamil saat pandemi corona: Trimester 2

Memasuki fase kandungan usia 13 hingga 28 minggu, dalam situasi normal Mom dianjurkan melakukan kontrol ke dokter sebulan sekali. Namun, dalam situasi pandemi COVID-19 seperti sekarang, dr. Farrell menganjurkan kontrol kehamilan minimal dua kali selama periode ini.

Pemeriksaan pertama, dengan USG, saat usia kehamilan telah memasuki usia 20 minggu atau 5 bulan. Tujuan pemeriksaan tersebut pada fase ini selain untuk mengetahui jenis kelamin bayi, juga untuk melihat jika ada organ bayi yang mengalami kecacatan.

Kedua saat kandungan berusia 28 minggu. Selain melakukan cek USG, juga cek lab untuk memeriksa hasil kencing dan hemoglobin. Pemeriksaan ini pada kondisi ideal biasanya dilakukan saat pertemuan pertama dengan dokter pada masa trimester pertama.

Selama fase trimester pertama dan kedua, jika setelah melalui proses pemeriksaan mom dinyatakan positif mengidap COVID-19, maka isolasi mandiri di rumah bisa dilakukan sepanjang gejalanya tidak menunjukkan sesak napas yang berlebih.

Tetapi jika mengalami sesak napas yang progresif ditambah penyakit penyerta lainnya, maka sebaiknya perawatan berlangsung di rumah sakit rujukan pemerintah.

Hal yang mungkin bisa mengurangi rasa deg-degan Mom adalah karena sejauh ini belum ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ibu yang mengidap COVID-19 membuatnya janinnya menjadi cacat.

Hamil saat pandemi corona: Trimester 3

Dalam kondisi normal idealnya Mom memeriksakan kandungannya setiap dua pekan sekali hingga memasuki usia kehamilan 36 minggu. Setelah itu dilanjutkan dengan rutin periksa sepekan sekali hingga menjelang persalinan.

Dalam situasi seperti sekarang, dr. Farrell menganjurkan kepada Mom untuk minimal melakukan tiga kali pemeriksaan, yaitu saat usia kehamilan memasuki minggu ke-32, 36, dan menjelang persalinan.

Hanya saja frekuensi kontrol tersebut tetap harus melihat kondisi setiap orang yang tentu saja berbeda-beda.

Hamil saat pandemi corona: Melahirkan

Sebenarnya tidak ada pembeda antara proses melahirkan ketika situasi normal dan saat pandemi. Hal yang menjadi pembeda adalah prosedur sebelum melahirkan.

Contohnya Mom bersama satu orang pendamping harus selalu mengenakan masker selama proses bersalin. Petugas medis yang membantu selama proses melahirkan juga akan mengenakan alat pelindung diri (APD).

Tidak ada rekomendasi untuk melahirkan dengan prosedur sesar dalam kondisi saat ini. Prosedur sesar hanya dilakukan bergantung pada kasus tertentu saja. Misalnya ketika ingin melahirkan di rumah sakit yang menjadi rujukan pasien COVID-19, faktor ketersediaan ruangan atau tempat tidur menjadi pertimbangan diizinkannya operasi sesar atau tidak.

Ditambahkan dr. Farrell, untuk rencana melahirkan pada kondisi pandemi seperti sekarang, wajib bagi Mom dan Dad untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari sebelum taksiran melahirkan.

Beberapa rumah sakit juga mewajibkan pasien yang akan melahirkan untuk terlebih dahulu melakukan tes pemeriksaan COVID-19, bisa dengan rapid test, rontgen, bahkan swab test.

Sebab berdasarkan sejumlah penelitan, beberapa ibu hamil yang hendak melahirkan ternyata mengidap COVID-19 alias asimtomatik karena datang tanpa membawa gejala.

Terkait prosedur pemeriksaan COVID-19 menjelang proses melahirkan, sebaiknya Mom menjalin komunikasi dengan pihak rumah sakit agar nanti tidak kebingungan. Tes ini bisa dilakukan jika sudah merasakan adanya kontraksi yang menunjukkan kelahiran segera tiba.

Jika hasil tes menyatakan Mom dan pendamping negatif dari COVID-19, artinya secara umum kondisi bersama bayi juga sehat. Setelah itu tetap dianjurkan untuk tidak menerima jika ada orang lain yang ingin datang membesuk.