Raja singa atau sifilis adalah salah satu contoh penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri. Penyebab sifilis adalah bakteri bernama Treponema pallidum yang bisa menular melalui luka terbuka pada kulit, atau melalui alat kelamin. Gejala sifilis dimulai dengan timbulnya luka di mulut atau alat kelamin penderita.

Yang perlu diwaspadai yakni gejala sifilis berupa luka tadi, pada tahap awal seringkali tidak terasa sakit dan tidak disadari penderita. Padahal meski baru pada fase awal, penyakit sifilis sudah bisa menular ke orang lain.

Gejala sifilis berkembang sesuai dengan tahapannya, mulai dari fase primer sampai fase tersier. Bahkan di tahap tertentu, gejala penyakit sifilis bisa jadi sudah tidak dirasakan penderita, tapi infeksi sifilis masih berpotensi ditularkan.

Gejala sifilis: pemicu dan risiko penularannya

Gejala penyakit sifilis dipicu oleh kebiasaan bergonta-ganti pasangan seksual. Apalagi jika hubungan seksual dilakukan dengan tidak sehat, misalnya tanpa pengaman. Hal-hal seperti ini memperbesar risiko penularan penyakit sifilis.

Sifilis menular melalui hubungan seksual, kontak fisik dengan luka terbuka pada tubuh penderita, atau bisa juga ditularkan oleh ibu pada janin ketika masa persalinan.

Selain itu, diketahui juga bahwa gejala penyakit sifilis menular melalui cairan tubuh, seperti darah. Jadi, penyakit ini juga bisa menyebar melalui penggunaan jarum suntik kurang steril secara bergantian, tatto, dan narkoba.

Begitu bakteri penyebab sifilis (Treponema pallidum) masuk ke tubuh, gejala awal sifilis baru dirasakan penderita beberapa hari/minggu setelahnya, kira-kira 10 sampai 90 hari.

Gejala sifilis #1: Fase primer

Gejala awal sifilis muncul ditandai dengan munculnya luka kecil pada kullit, menyerupai bekas gigitan serangga. Luka ini muncul di lokasi tubuh tempat terinfeksinya bakteri, bisa di area mulut atau area kelamin dan dubur.

Gejala awal sifilis pada tahap primer ini tidak terasa sakit. Oleh karena itu, penderita kerapkali tak menyadari bahwa dirinya terserang penyakit raja singa. Meski begitu, penderita sudah bisa menularkan infeksi ke orang lain, misalnya melalui hubungan intim.

Dalam waktu 4-6 minggu, luka ini bisa sembuh. Akan tetapi bukan berarti pengidap sifilis sudah sembuh, melainkan bisa jadi infeksi primer tengah berkembang menjadi infeksi sekunder. Oleh karena itu, begitu merasakan tanda-tanda sifilis sekecil apapun, Anda disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter agar segera diobati dan infeksi tidak berkembang lebih parah.

Gejala sifilis #2: Fase sekunder

Begitu gejala awal sifilis di fase primer berupa luka tadi sudah hilang, beberapa minggu berikutnya, muncullah gejala penyakit sifilis pada fase sekunder, yakni ruam. Ruam kemerahan muncul tanpa rasa gatal, di bagian tubuh mana saja, seperti telapak tangan dan kaki.

Namun biasanya ruam kemerahan akan muncul di bagian tubuh yang lembab, seperti bibir vagina atau skrotum. Selain itu, ruam bisa jadi disertai dengan munculnya kutil kelamin.

Gejala penyakit sifilis stadium dua ini juga diikuti dengan demam, badan lemas, kepala pusing, sakit tenggorokan, keluhan nyeri otot, rambut lebih mudah rontok, penurunan berat badan, bahkan pembengkakan kelenjar getah bening.

Gejala sifilis masih akan muncul dan sembuh sendiri di fase ini, bahkan meski penderita tidak melakukan pengobatan. Jika tidak diobati dengan benar, gejala akan berlanjut sampai ke fase laten.

Gejala sifilis #3: Fase Laten

Apabila penderita tidak segera melakukan pengobatan di fase primer dan sekunder, maka selanjutnya gejala penyakit sifilis akan berlanjut ke fase laten. Fase ketiga ini ditandai dengan pengidap sifilis yang tidak merasakan keluhan apapun selama rentang waktu yang lama, sekitar 5 sampai 20 tahun. Di fase ini, seseorang bisa didiagnosis mengidap sifilis hanya melalui tes darah, atau melalui kelahiran anak dengan sifilis bawaan (sifilis kongenital).

Gejala sifilis #4: Fase Tersier

Infeksi sifilis pada fase ini adalah yang paling berbahaya dan paling menular bahkan berpotensi menyebabkan kematian, muncul kira-kira 10-30 tahun pascainfeksi fase primer. Sifilis tersier menyebar sampai ke organ-organ vital seperti mata, otak, jantung, pembuluh darah, dan hati, yang menjadi pemicu munculnya penyakit stroke dan kebutaan. Akibatnya, penderita bisa mengalami komplikasi, seperti sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis.

Sifilis pada ibu hamil bisa ditularkan ke janin: sifilis kongenital

Sifilis kongenital adalah infeksi yang berpotensi menyebabkan bayi menderita cacat seumur hidup.

Ibu hamil yang terdeteksi mengidap penyakit sifilis berpotensi menularkannya ke janin melalui plasenta, disebut sifilis bawaan (sifilis kongenital). Proses penularan bisa terjadi ketika janin masih ada dalam kandungan maupun ketika proses persalinan.

Bayi baru lahir yang terinfeksi sifilis kongenital memang tampak normal, namun sebelum usia 2 tahun, umumnya akan muncul gejala-gejala seperti:

  • Muncul ruam pada kulit

  • Gangguan pada tulang

  • Pembesaran pada liver

  • Anemia

  • Pertambahan berat badan lambat

  • Tidak mampu menggerakkan lengan serta kaki

Itulah gejala penyakit sifilis yang harus diwaspadai. Cara mencegah sifilis antara lain dengan tidak bergonta ganti pasangan seks, hindari konsumsi alkohol dan obat terlarang, dan rutin cek kesehatan ke dokter. Dengan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, deteksi dini terhadap potensi penyakit apapun bisa segera diketahui sehingga pengobatan bisa dilakukan lebih cepat sebelum penyakit bertambah parah dan timbul komplikasi.

Baca Juga: Gatal di Selangkangan, Penyebab dan Cara Mengatasinya