Banyak hal tak terduga bisa terjadi dalam persalinan. Salah satunya adalah perubahan rencana melahirkan dari natural (per-vaginam) menjadi sesar (c-section) akibat kondisi kesehatan tertentu.

Mau tak mau, orang tua harus merogoh kocek lebih dalam karena biaya sesar bisa mencapai dua kali lipat dari ongkos melahirkan secara natural.

Kalkulator Hitung Biaya Persalinan

Data yang diolah Jakarta.go.id tahun 2018 menunjukkan, rerata biaya melahirkan dengan sesar pada rumah sakit umum dan swasta di Jakarta bisa mencapai kisaran Rp13 juta-Rp62 juta. Sementara rentang biaya melahirkan dengan prosedur natural berkisar Rp7 juta-Rp38 juta.

Berikut beberapa kiat yang bisa Mom ikuti untuk mengantisipasi kelebihan biaya persalinan tersebut.

1. Buat perbandingan harga persalinan

Apapun pilihan persalinannya, menyusun riset biaya adalah hal pertama yang bisa dilakukan. Mom bisa memilih tiga rumah sakit sebagai perbandingan. Sebaiknya cari rumah sakit yang berlokasi tidak jauh dari tempat tinggal serta pertimbangkan kualitas dokternya.

Estimasi biaya persalinan bisa ditanyakan melalui pihak informasi dan layanan rumah sakit yang dituju. Tak perlu ragu untuk menanyakan biaya persalinan normal dan sesar, begitu juga dengan biaya kamar inapnya. Jangan lupa tanyakan pula estimasi biaya tindakan medis tambahan seperti fototerapi (terapi sinar) pada bayi baru lahir.

2. Cek biaya yang ditanggung oleh asuransi

Jika memiliki asuransi, baik swasta maupun Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Mom tetap perlu memastikan biaya-biaya perawatan yang ditanggung. Sebab, kelebihan biaya akibat tindakan medis tambahan tetap harus dibayar secara tunai.

Pada BPJS Kesehatan, keterbatasan fasilitas kesehatan yang didaftarkan sejak awal boleh jadi membuat Mom tidak memiliki banyak pilihan lokasi melahirkan. Begitu pula dengan asuransi swasta, Mom harus membaca dengan detail jenis-jenis obat apa saja yang ditanggung dan tidak.

Perhitungkan pula fasilitas perusahaan yang didapat oleh Mom pekerja atau pasangan. Beberapa perusahaan memiliki kebijakan untuk mengganti biaya persalinan dengan besaran plafon tertentu.

3. Selalu siapkan dana untuk melahirkan di rumah sakit

Mom tetap bisa memilih melahirkan di rumah (home birth), misal dengan prosedur water-birth. Tapi, Mom tetap harus pertimbangkan kondisi medis darurat. Pasalnya, dokter atau bidan yang membantu persalinan di rumah hanya akan membawa peralatan medis seadanya. Tindakan medis lanjutan tetap harus dilakukan di rumah sakit.

Oleh karenanya, Mom tetap harus menyiapkan dana cadangan untuk keadaan darurat seperti ini.

4. Pertimbangkan beragam pilihan investasi jangka pendek

Bagi Mom yang masih memiliki waktu untuk menabung, beragam instrumen investasi jangka pendek bisa dipertimbangkan. Seperti misalnya reksa dana pasar uang. Investasi jenis ini memiliki resiko paling rendah karena memiliki aset dasar (underlying asset) berupa produk keuangan berisiko rendah.

Selain reksa dana pasar uang, pilihan sertifikat deposito, surat berharga negara dengan tenor di bawah satu tahun, obligasi ritel dan dana tunai (pinjaman KTA, dan lainnya) bisa menjadi opsi.

5. Hitung ulang aset bersama

Menggadaikan aset yang dimiliki mau tak mau jadi pilihan terakhir ketika sudah terdesak. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung ulang aset bersama milik Mom dan pasangan.

Dengan melakukan hal ini, maka akan ada dua kekuatan finansial yang bisa menyokong biaya persalinan sang buah hati.

Menyiapkan biaya persalinan idealnya dilakukan sesaat sejak menikah. Jika pun disiapkan sejak hamil, maka Mom dan pasangan sebaiknya disiplin menyisihkan pendapatan setiap bulan sampai masa waktu melahirkan tiba.

Tak ada salahnya menyiapkan dana cadangan. Meski tak terpakai, dana itu tetap bisa digunakan untuk kebutuhan sang buah hati pasca-melahirkan.